Rabu, 13 Maret 2013

Tingkat Pengetahuan

Di dalam literatur tradisional dikatakan bahwa manusia itu memperoleh petunjuk bertingkat-tingkat. Pertama-tama, ketika dia lahir sebagai bayi, makayang berfungsi ialah instink dan naluri, misalnya menangis ketika lapar. Siapa yang mengajari bayi itu menangis? Tidak ada. Itu adalah instink. Dengan menangisdia bisa survive, karena kalau dia menangis, ibunya tahu dia lapar, maka memberi air susu. Bertambah besar dia tidak cukup dengan instink, sebab kalau hanya menggunakan instink dia menjadi seperti binatang.
Setelah instink, yang berfungsi adalah indra (panca indra). Kita tahu bahwa indra bayi, misalnya mata dan telinga, belum berfungsi sebagaimana mestinya.Lama-kelamaan mata bisa mengenali. Mula-mula yang paling pertama dikenali ialah ibunya sendiri. Pada tahap ini, setiap orang (perempuan) terlihat seperti ibunya, sebagaimana juga setiap orang laki-laki terlihat seperti bapaknya, karena itu setiap laki-laki disambut sebagai bapaknya. Kemudian indra itu berkembang. Tetapi ternyata tidak cukup, karena indra masih bisa salah. Misalnya, benda yang jauh terlihat sangat kecil (kapal terbang itu seperti sebesar lengan). Dan itu dikoreksi oleh akal. Di dalam buku-buku pesantren juga sering diumpamakan tentang tongkat lurus yang dimasukkan air dan ternyata tampak seperti bengkok. Akallah yang mengatakan bahwa itu lurus. Jadi fase selanjutnya ialah akal.
Setelah akal berkembang ternyata juga masih bisa salah. Akal lebih berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, Adam sebagai simbolisasi dari manusia primordial sering dijadikan sebagai contoh. Kita tahu bahwa setelah Adam dinyatakan sebagai khalifah Allah di bumi para malaikat protes. Tetapi Tuhan menepis protes itu dan dengan penegasan bahwa Adam mempunyai suatu kelebihan terhadap malaikat yaitu ilmu, “Dan Ia mengajarkan kepada Adam sifat-sifat semua benda (ilmu),” (Q. 2: 31). Seolah-olah ada semacam penegasan bahwa yang relevan untuk jabatan kekhalifahan di bumi ialah ilmu pengetahuan. Tetapi seorang Adam yangsudah berilmu itu masih harus diusir darisurga karena melanggar suatu larangan untuk mendekati sebuah pohon. Jadi ilmu saja tidak cukup, karena orang yangberilmu masih bisa jatuh.
Manusia memerlukan sesuatu yang lain. Itulah yang didapat oleh Adam begitu turun dari surga, “Maka Adamu menerima pelajaran dari Tuhannya kata-kata,” (Q. 2: 37). Jelas yang disebutsebagai kalimat “pelajaran dari Tuhan” ialah agama, yang lebih tinggi daripada ilmu.
Dalam versi lain bisa kita terangkan begini. Apakah panca indra kita menangkap benda-benda seperti apa adanya? Buku tampak seperti buku. Tetapi secara akal buku tidak lagi diterjemahkan atau didefinisikan sebagai benda melainkan sebagai suatu volume yang dinyatakan misalnya dalamm3 yang terdiri dari lebar, tinggi, dan dalam. M3 adalah kategori akal, tetapi masih bisa diterjemahkan menjadi kategori indra. Artinya, m3 itu masih bisadigambar dan bisa diwujudkan yaitu meter kubik, tetapi kalau sudah m4 sudah tidak bisa. Padahal secara logis m4 itu ada. Bahkan m pangkat berapa saja ada, tetapi tidak bisa lagi diterjemahkan menjadi hal yang bersifat indrawi.
Begitu juga agama. Ada bagian-bagian dari agama yang masih bisa diterjemahkan sebagai kategori-kategorirasional. Misalnya, mengapa kita tidak boleh mencuri, itu rasional. Tetapi ada bagian-bagian agama yang sudah lebih tinggi dari akal, yang sudah tidak bisa lagi diterjemahkan sebagai kategori akal. Misalnya, yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan, kita tidak boleh makan babi. Dulu, ada umat Islam yang begitu apologetik (pada tahun 50-an), yang mencoba mengatakan bahwa babi itu haram karena di situ banyak bibit penyakit, cacing pita, dan sebagainya. Bahayanya argumen semacam ini ialah kalau bisa diciptakan peternakan babi yang bebas dari cacing pita, apakah kemudian halal. Untuk sampai pada kesimpulan itu ternyata tidak seorang pun yang berani. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sapi Indonesia dibandingkan dengan babi Amerika itu lebih bebas babi Amerika dari penyakit. Kalau argumen tadi yang dipakai, berarti sapi Indonesia haram? Keterangan rasional seperti itu berbahaya sekali. Lalu apa keterangannya? Itu “The Mysteri of God”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar