Di dalam literatur tradisional dikatakan bahwa manusia itu
memperoleh petunjuk bertingkat-tingkat. Pertama-tama, ketika dia lahir
sebagai bayi, makayang berfungsi ialah instink dan naluri, misalnya
menangis ketika lapar. Siapa yang mengajari bayi itu menangis? Tidak
ada. Itu adalah instink. Dengan menangisdia bisa survive, karena kalau
dia menangis, ibunya tahu dia lapar, maka memberi air susu. Bertambah
besar dia tidak cukup dengan instink, sebab kalau hanya menggunakan
instink dia menjadi seperti binatang.
Setelah instink, yang berfungsi
adalah indra (panca indra). Kita tahu bahwa indra bayi, misalnya mata
dan telinga, belum berfungsi sebagaimana mestinya.Lama-kelamaan mata
bisa mengenali. Mula-mula yang paling pertama dikenali ialah ibunya
sendiri. Pada tahap ini, setiap orang (perempuan) terlihat seperti
ibunya, sebagaimana juga setiap orang laki-laki terlihat seperti
bapaknya, karena itu setiap laki-laki disambut sebagai bapaknya.
Kemudian indra itu berkembang. Tetapi ternyata tidak cukup, karena indra
masih bisa salah. Misalnya, benda yang jauh terlihat sangat kecil
(kapal terbang itu seperti sebesar lengan). Dan itu dikoreksi oleh akal.
Di dalam buku-buku pesantren juga sering diumpamakan tentang tongkat
lurus yang dimasukkan air dan ternyata tampak seperti bengkok. Akallah
yang mengatakan bahwa itu lurus. Jadi fase selanjutnya ialah akal.
Setelah
akal berkembang ternyata juga masih bisa salah. Akal lebih berkaitan
dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, Adam sebagai simbolisasi dari
manusia primordial sering dijadikan sebagai contoh. Kita tahu bahwa
setelah Adam dinyatakan sebagai khalifah Allah di bumi para malaikat
protes. Tetapi Tuhan menepis protes itu dan dengan penegasan bahwa Adam
mempunyai suatu kelebihan terhadap malaikat yaitu ilmu, “Dan Ia
mengajarkan kepada Adam sifat-sifat semua benda (ilmu),” (Q. 2: 31).
Seolah-olah ada semacam penegasan bahwa yang relevan untuk jabatan
kekhalifahan di bumi ialah ilmu pengetahuan. Tetapi seorang Adam
yangsudah berilmu itu masih harus diusir darisurga karena melanggar
suatu larangan untuk mendekati sebuah pohon. Jadi ilmu saja tidak cukup,
karena orang yangberilmu masih bisa jatuh.
Manusia memerlukan
sesuatu yang lain. Itulah yang didapat oleh Adam begitu turun dari
surga, “Maka Adamu menerima pelajaran dari Tuhannya kata-kata,” (Q. 2:
37). Jelas yang disebutsebagai kalimat “pelajaran dari Tuhan” ialah
agama, yang lebih tinggi daripada ilmu.
Dalam versi lain bisa kita
terangkan begini. Apakah panca indra kita menangkap benda-benda seperti
apa adanya? Buku tampak seperti buku. Tetapi secara akal buku tidak lagi
diterjemahkan atau didefinisikan sebagai benda melainkan sebagai suatu
volume yang dinyatakan misalnya dalamm3 yang terdiri dari lebar, tinggi,
dan dalam. M3 adalah kategori akal, tetapi masih bisa diterjemahkan
menjadi kategori indra. Artinya, m3 itu masih bisadigambar dan bisa
diwujudkan yaitu meter kubik, tetapi kalau sudah m4 sudah tidak bisa.
Padahal secara logis m4 itu ada. Bahkan m pangkat berapa saja ada,
tetapi tidak bisa lagi diterjemahkan menjadi hal yang bersifat indrawi.
Begitu
juga agama. Ada bagian-bagian dari agama yang masih bisa diterjemahkan
sebagai kategori-kategorirasional. Misalnya, mengapa kita tidak boleh
mencuri, itu rasional. Tetapi ada bagian-bagian agama yang sudah lebih
tinggi dari akal, yang sudah tidak bisa lagi diterjemahkan sebagai
kategori akal. Misalnya, yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan,
kita tidak boleh makan babi. Dulu, ada umat Islam yang begitu apologetik
(pada tahun 50-an), yang mencoba mengatakan bahwa babi itu haram karena
di situ banyak bibit penyakit, cacing pita, dan sebagainya. Bahayanya
argumen semacam ini ialah kalau bisa diciptakan peternakan babi yang
bebas dari cacing pita, apakah kemudian halal. Untuk sampai pada
kesimpulan itu ternyata tidak seorang pun yang berani. Bahkan ada yang
mengatakan bahwa sapi Indonesia dibandingkan dengan babi Amerika itu
lebih bebas babi Amerika dari penyakit. Kalau argumen tadi yang dipakai,
berarti sapi Indonesia haram? Keterangan rasional seperti itu berbahaya
sekali. Lalu apa keterangannya? Itu “The Mysteri of God”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar